Surat untuk Fika

January 20, 2011 § 157 Comments

Dear Fika,

Apa kabarmu, cantik? kuharap kau tak terkejut dengan datangnya surat ini. Aku akhirnya memutuskan untuk menulis surat ini untukmu. Entahlah, aku selalu merasa, kau pasti bisa membaca suratku, meskipun aku tak begitu yakin apakah ada internet di surga. Tapi bukankah surga adalah tempat di mana semua keinginan bisa terwujud? Ah, sudahlah.. rasanya, penyediaan akses internet bukanlah perkara besar untuk Tuhan, kan? « Read the rest of this entry »

Surga yang kupilih sendiri

January 18, 2011 § 17 Comments

Mungkin saat iniĀ  kau sedang berjalan menyusuri garis pantai biru disana, merasakan setiap butir pasir putih, yang terselip disela jemari kaki indahmu. Sesekali, kau juga lengkungkan senyum pada langit sore, yang menghadiahkanmu setangkup senja keemasan, lengkap dengan empat lingkar pelangi yang berwarna-warni. Tentu saja, ada juga siluet batu karang, burung berpasang-pasangan, dan perahu nelayan yang melintas di kejauhan. « Read the rest of this entry »

Kepada waktu, yang mengajariku menunggu.

October 16, 2010 § 14 Comments

Aku selalu kagum, kepada setiap ketukan detik, yang merangkak pelan-pelan pada jam dinding bundar itu. Selalu saja penuh rahasia, menyelundup diam-diam, namun tak pernah lupa menanam benih-benih cerita. Kau, aku, adalah jiwa-jiwa yang menari, berpijak dari satu titik ke titik lainnya, menebar tawa, meluruhkan air mata, melahirkan sebuah peristiwa. « Read the rest of this entry »

Dan semua hanya masalah waktu.

October 11, 2010 § 1 Comment

Aroma pagi yang ranum, dengan sepuluh pasang burung gereja, diatas tiang listrik tua sebelah utara. Kau terjaga, masih memeluk selembar syal merah jambu, yang sudah kusut penuh ruas, namun wanginya masih seperti tadi malam, persis sebelum kau menutup pintu, memadamkan mata lampu. Kini cuma ada hening, dan kau masih menatap cangkir-cangkir kopi, yang mendingin sisa semalam. « Read the rest of this entry »

Cinta, Menunda Kehilangan.

September 30, 2010 § 4 Comments

Membesarkan gelak tawa, menebar riuh, beradu riang, dan menganggap semuanya akan baik-baik saja, biar sajalah seperti itu, walau sebenarnya kau sangat sadar, bahwa jiwamu terlalu gusar, untuk hanya sekedar menatap senja yang temaram. Hatimupun terlalu letih, untuk menahan sepi yang kian menindih, meremukkan jiwamu, hingga menyerpih. « Read the rest of this entry »

Pada Malam yang Mencumbu Hujan

September 16, 2010 § 2 Comments

Atas nama alam semesta, reguklah seluruh udara yang Tuhan limpahkan untukmu, hirup sedalam-dalam yang kau mampu, dan nikmati setiap lekuk kenikmatan, ketika deru nafas mulai mengembang-kempiskan dadamu, yang senantiasa membuatmu tetap hidup. Lalu cumbui dinginnya hujan, yang berlari membasuh wajahmu, turun seketika, menyelinap masuk diserap bumi, hingga tanah pun menghembuskan aroma kehidupan, yang sedari dulu kau rindukan. « Read the rest of this entry »

Sepi Takkan Pernah Bisa Sederhana

September 12, 2010 § 8 Comments

Konon, sepi itu membunuh, menghimpit paru-parumu terlalu kencang, sampai kau lupa bagaimana caranya bernafas. Ujung dadamu selalu terasa kian sesaknya, hingga terkadang kau tak sadari, matamu sudah berkabut, yang pada akhirnya berlumuran air mata. Sungguh, sepi tak pernah bisa terasa sederhana, kerap kali membuatmu meradang, dan selalu saja mempecundangimu, dengan cara seperti itu. « Read the rest of this entry »

Ksatria Terbaikpun Berhak untuk Berdarah

September 8, 2010 § 9 Comments

Tak adil rasanya, jika aku harus menghindari perih, yang jelas-jelas sudah menunggu didepan pintu. Tak perlu rasanya mencari keramaian, menyingkirkan barang-barang, atau bahkan menghapus setapak demi setapak, jejak yang pernah kau toreh disini. Semua itu hanya akan menguras tenaga, mengoyak hati, bahkan celakanya, terasa hanya seperti membodohi diri sendiri. Karena semakin kuat kau berusaha membuang kepedihan itu, semakin cepat dia berlari kearahmu, untuk kembali menghantam, dengan benturan yang dua kali lipat lebih keras rasanya. « Read the rest of this entry »

Malam itu, Tuhan Telah Menang.

August 21, 2010 § 25 Comments

8 hari.. disebuah ruang dingin dengan bau obat yang menyengat, penuh dgn wanita berbaju biru muda yg berlalu-lalang. Sesekali terdengar bunyi alat yg saling berlomba memekakkan telinga, mencabik habis hati ini sepotong demi sepotong. Didalamnya, seorang wanita, seorang istri, yang menghabiskan sisa hidupnya denganku dengan sejuta cinta, mimpi dan harapan, berbaring tanpa sadar, tanpa bisa melihat dan mendengar apapun, termasuk rintih tangis suaminya. Disaat yg bersamaan, aku hanya bisa berdiri menatapnya, dari balik dinding kaca yang berdiri dengan sebegitu angkuhnya. Berbagai selang, jarum, dan serangkaian alatpun menjejali tubuh mungilnya, merangkak masuk jauh kedalam kerongkongan, bahkan melubangi sudut jenjang leher indahnya. « Read the rest of this entry »

Tiup lilinnya, dan kumandangkan lagi mimpi-mimpimu.

August 10, 2009 § 1 Comment

Detik ini, kau kembali dihadapkan pada pengulangan sebuah momen, dimana kau pernah dilahirkan, beberapa tahun silam. Decak kagum dan rasa syukur, tak henti terucap dari bibirmu, begitupula rangkaian mimpi dan harapan, yang kembali kau kumandangkan ke Yang Maha Kuasa. « Read the rest of this entry »